#Legenda - Kyai Kadud
Ubaidilah Aminuddin Thoyieb 30 Agustus 2021 21:30:35 WIB
Kurang lebih 210 tahun yang lalu pada tahun 1.808 Masehi, Bumi Wonosari belum ada kehidupan manusia, masih berwujud hutan belantara yang dihuni oleh hewan liar. Hutan belantara yang penuh dengan pohon-pohon besar dan lebat. Hanya ada jalan kecil yang biasa untuk jalur hewan-hewan liar tersebut.
Atas dasar perintah dari Sri Sultan Hamengku Buwono Ke-1 dari Kraton Ngayogyakarta Hadinigrat, para abdi dalem Kraton dan warga dari Gedongkuning mulai membuka hutan belantara Wonosari. Para abdi dalem Kraton tersebut adalah Kyai Muhammad Hadud atau juga disebut dengan Mbah Kadut beserta istrinya yang bernama Nyi Roro Kuning.
Dalam membuka hutan belantara itu, Mbah Kadud dibantu oleh Kyai Gadhung Mlathi dan Nyi Gadhung Mlathi, Kyai Kidang Kencono, Kyai Jedhol Kayu, Kyai Kabuk, Kyai Irondoko, Kyai Setro, Kyai Codrono lan warga Gedongkuning lainnya.
Selain ikut membuka hutan, Kyai Kidang Kencono juga bisa menyingkirkan semua gangguang gaib dari jin yang ada di hutan tersebut karena beliau memiliki kesaktian. Begitu pula dengan Kyai Jedhol Kayu, juga memiliki kesaktian yang tinggi, jika ada kayu atau pohon yang tidak bisa ditebang, Kyai Jedhol kayu dapat dengan mudah menebang pohon itu meski dengan cara membelakanginya. Sedangkan Nyi Roro Kuning dan Nyi Gadhung Mlathi berperan menyediakan makanan dan minuman para abdi dalem dan warga Gedongkuning yang ikut membuka hutan, makanan yang dihidangkan dibungkus dengan daun jati.
Setelah sekian lama, hutan itu semakin terbuka, tertata dan terlihat asri. Setelahnya, para abdi dalem dan warga Gedongkuning yang ikut babad hutan kembali ke wilayah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Mbah Kadud tidak ikut kembali ke Gedongkuning namun menetap di tempat yang bernama Dusun Duwet. Dusun ini sekarang berada di sebelah pasar Argosari Wonosari, disebut dengan Duwet karena pada jaman dulu ada pohon Duwet besar yang biasa untuk istirahat Mbah Kadud.
Pohon Duwet itu di bagian tengahnya berlubang, di bagian yang berlubang itu tumbuh pohon beringin yang sampai sekarang menjadi tempat leluhur trah dari Mbah Kadud. Hingga kini hutan yang berhasil dibuka Mbah Kadud dan menjadi tempat yang asri itu disebut sebagai cikal Bakal Wonosari. Pada akhirnya Nyi Gadung Mlathi bertempat di Gadung Mlathen sedangkan Mbah Kabuk bertempat di Kepek.
Semakin lama semakin banyak yang warga dan masyarakat menempati tempat itu, terutama para Saudagar dari Kotagede Yogyakarta, sehingga sempa disebut sebagai Dusun Saudagarab. Hingga saat ini Pohon Ringin masih berdiri kokoh di selatan Pasar Argosari Wonosari menjadi Padukuhan Ringinsari.
Diterjemahkan dari Sumber : Buku Bumi Wonosari sub-bab Mbah Kadud.
Ditulis Oleh:
1. V. Endang Irianti
2. Tumija
3. Ruswanto
Pendamping:
1. Rachmat Sutekat
Editor:
1. Sigit Pramudianto
iii + 101 halaman
14 x 20 cm
Penerbit:
Dinas Kebudayaan Gunungkidul Yogyakarta
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- Pengumuman Hasil Seleksi Calon Anggota KPPS Kalurahan Wonosari untuk Pilkada 2024
- SELAMAT HARI JADI KABUPATEN GUNUNGKIDUL KE 194
- Tok! - Forum Musrenbangkal Wonosari Sepakati Rancangan RKP & DURKP
- Data PBB Wonosari
- SE Partisipasi Menyemarakkan HUT Ke-79 Kemerdekaan RI Tahun 2024 Kalurahan Wonosari
- DOKUMEN SYARAT PERNIKAHAN
- Penyusunan RKP Kalurahan Wonosari Tahun 2025